Ancaman dan Peluang

Pandemi, sebuah ancaman yang menghantui umat manusia karena dampak kematiannya. Namun tidak sedikit orang yang menyadari dalam sebuah ancaman tentu ada sebagian upaya yang bisa menjadi peluang. Bahkan tidak sedikit yang memanfaatkan situasi peluang ini menjadi sebuah kesuksesan besar.

Zoom App, adalah salah satu contoh sebuah produk yang melesat di tengah ancaman pandemi. Zoom App memang bukan aplikasi video conference baru, namun sebagai aplikasi dan softaware ia memang digemari user karena kemudahan dan kualitasnya lebih baik dari aplikasi dan software lainnya. Bersamaan dengan kemudahan tadi Zoom menjadi pilihan pertama saat dunia terpaksa melakukan karantina, lock down, atau work from home saat pandemi Covid19 menggila. Cara mendaftar dan menggunakannya yang mudah, membuat banyak pengguna aplikasi dan software merasa lebih nyaman menggunakan Zoom. Sejak itulah Zoom menjadi “boom”!

Kisah sukses di masa-masa sulit memang sudah lama terjadi, bukan cuma dari kisah Zoom tadi saja. Kisah serupa juga pernah terjadi dahulu saat Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Sebuah masa-masa yang sangat mencekam dan penuh ancaman namun ada saja orang atau pihak yang menjadikannya sebagai peluang. Tentu hal ini memang tidak mutlak dan tidak mudah, karena faktor kebetulan dan keberuntungan pun menjadi salah satu faktor penentu.

Prof. Ferdinand Porsche mendesain “mobil rakyat” yang dipuji Hitler saat NAZI menguasai Jerman pada Perang Dunia II (Foto dari Internet)

Namun jika kita melihat situasi ini sama posisinya pada setiap orang, maka mereka yang melakukan usaha, upaya, atau ikhtiar tentu akan mendapatkan peluang yang lebih besar dibanding mereka yang diam. Mereka yang lebih punya semangat akan harapan tentu akan lebih mendapatkan kesempatan dibanding mereka yang cenderung menunggu dan pasrah.

Di Indonesia, tidak sedikit kita mendengar cerita banyak orang tentang kesuksesan yang dialami – justru – saat pandemi. Mulai dari pengusaha masker yang hampir bangkrut tiba-tiba mendapat pesanan berlimpah, bagaimana sebuah aplikasi pemesan makanan online meningkatkan jumlah penggunanya yang begitu pesat. Termasuk kisah keberuntungan banyak penjual makanan dan minuman, bahkan jamu-jamuan, yang malah mendapatkan pesanan dan pembeli sangat drastis saat pandemi.

Masa pandemi belum usai, kita semua sedang memasuki episode baru dari pandemi saga ini yaitu episode III : vaksinasi. Protokol kesehatan masih wajib terus berjalan, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjauhi kerumunan atau menjaga jarak saat berhadap-hadapan. Rasanya kita belum bisa melakukan aktivitas seperti sedia kala. Bahkan untuk beribadah dan melakukan mudik pun masih diberlakukan batasan juga larangan. Bagi beberapa orang bisa jadi situasi tersebut dianggap semacam ancaman yang menyusahkan, namun rasanya tidak sedikit juga yang melihat situasi barusan malah sebagai peluang? Peluang bagi mereka yang tidak mudik? peluang bagi mereka yang rindu kampung halaman? kangen bertemu saudara? kangen makanan kampung? dan seterusnya.

Mengambil pepatah yang dituliskan oleh Wayne Dyer, “If you change the way you look at things, the things you look at change”, yang kira-kira maknanya adalah jika anda mengubah cara anda memandang sesuatu, maka segala hal-hal yang anda lihat pun akan ikut berubah. Jadi nampaknya, pesan dari semua ini adalah kemauan dan semangat kita untuk melakukan perubahan cara pandang? Saya rasa demikian dan saya setuju, bagaimana menurut teman-teman?

«
»

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: