Industri Otomotif Indonesia, Antara Benci dan Mimpi?

Berkunjung ke IIMS (Indonesia International Motor Show) 2014 di Kemayoran, tetap ramai pengunjung dan sulit mencari parkir. Sepasang supir yang duduk di pelataran parkir saling ngobrol, saya cuma menguping sedikit saat melewati mereka. Salah satu supir bergumam: “aneh juga ya, Jakarta sudah sebegini macet tapi yang mau beli mobil masih sebegini banyak”.Pandangan dan komentar supir tadi saya pikir adalah pandangan umum yang sering kita dengar. Baik itu di media massa apalagi di media sosial. Keduanya seolah sepakat bahwa industri otomotif seakan-akan sudah jadi biang keladi kemacetan dan harus di-stop. Tapi, benarkah demikian? Nah.. saya mencoba untuk melihatnya dari sisi lain yang lebih lebar, semoga saya tidak di-bully dan dianggap sebagai kaki tangan industri otomotif 😀

Industri Otomotif = Industri Skala Nasional

Kita semua tahu, bahwa usia industri otomototif di Indonesia sudahlah sangat lama, bisa dikatakan usianya sebaya dengan usia industri nasional generasi awal. Dimulai dari importir, sekedar merakit, hingga akhirnya mampu membuat mobil utuh sepenuhnya. Bahkan saya agak terkejut ketika tahu bahwa hampir semua mobil Toyota yang dipamerkan di IIMS2014 ini 80% sudah dibuat di Karawang Jawa Barat. Padahal jika dilihat dari teknologi dan desainnya bisa dikatakan cukup rumit dan membutuhkan penanganan teknologi canggih. Namun nampaknya hal tersebut sudah bukan jadi masalah besar buat anak-anak bangsa di pabrik mobil ini. Mereka piawai dan mahir dalam memproduksi hampir sejuta lebih mobil Toyota Avanza yang sering dijuluki mobil sejuta umat. Paling tidak, julukan tersebut sudah mencapai kenyataannya.

photo 2

Lantas bagaimana dengan biang macet? Menteri Perdagangan – Muhammad Lutfi sempat berpidato dan menjelaskan bagaimana majunya industri otomotif Indonesia. Celakanya, Pak Menteri malah tidak menjelaskan korelasi kemajuan industri ini dengan masalah yang sangat besar yang menjadi isu dunia otomotif yaitu kemacetan. Dari penjelasannya, Pak Menteri malah memaparkan bagaimana besarnya peluang kebutuhan industri otomotif ini dilihat dari jumlah penduduknya.

“Di Jepang dari 1.000 orang punya 582 mobil. Di Thailand, setiap 1.000 orang ada 179 mobil. Di 2012, Jakarta hanya 37 per 1.000” cetusnya. Dari penjelasan angka di sini Pak Menteri membandingkan angka tersebut antara skala negara dengan skala kota, jelas pincang. Kita semua tahu masalah macet di Jakarta adalah karena tingginya peredaran mobil pribadi dibanding kapasitas ruas jalannya. Celakanya, masalah ini menjadi bumerang dan pemicu kekesalan publik atas nama industri otomotif. Penjelasan Pak Menteri tadi akhirnya jadi pemicunya juga. Beliau lupa bahwa masalah terbesar dari industri otomotif nasional ini adalah penyebaran penjualan mobil baru ke seluruh pelosok Indonesia bahkan ekspor, ini jelas tugas pemerintah. Bayangkan jika distribusi kendaraan bermotor yang telah diproduksi oleh pabrik dalam negeri bisa tersebar ke hampir semua pelosok negeri? Tentu akan menjadikan industri otomotif kian menggemuk tanpa harus membuat Jakarta menjadi kota tumpukan mobil.

Saat kita main ke daerah, kita masih sering melihat banyaknya mobil buatan tahun lama beredar dan berseliweran di kota-kota selain Jakarta. Coba lihat mobil-mobil di Jakarta? Rasanya sudah sangat sulit sekali kita menemukan mobil keluaran tahun 1980-an kan? Harusnya ini pun terjadi di pelbagai kota-kota di Indonesia, apalagi jika kita lihat rata-rata pertumbuhan ekonomi di kota-kota lain di Indonesia pun kian menggeliat.

photo 3

Kemajuan Profesi Desain

Kunjungan saya ke IIMS kali ini atas undangan dari Toyota. Cukup membuat saya kagum ketika saya tahu tentang 80% mobil Toyota yang dipamerkan ini adalah buatan pabrik dalam negeri. Makin kagum lagi saat saya tahu teman saya yang juga lulusan Desain Produk ITB – Donny, kini sudah menjadi Head of Design di Toyota Astra Motor (TAM).

Saya sebagai lulusan Desain Produk Industri, tentu cukup menjadi saksi bagaimana dulu susahnya membangun keprofesian desain produk di Indonesia. Langkanya industri membuat profesi desainer produk nyaris terbengkalai. Industri-industri masa itu kerjanya hanya mereplikasi, tidak butuh ide dan gagasan desainer. Namun perlahan-lahan dengan tumbuh majunya industri otomotif, kini memberikan nafas baru yang baik bagi pertumbuhan dan kebutuhan desainer-desainer produk baru di Indonesia.

photo

Kini, industri otomotif pun juga sudah memberikan kontribusi yang sangat baik bagi industri penunjangnya. Di pameran IIMS pun saya banyak sekali melihat stand industri penunjang otomotif yang tumbuh dengan sangat kondusif, misalnya mulai dari knalpot, peredam kejut, dan masih banyak lainnya. Ini merupakan sebuah pertumbuhan industri yang menurut saya harus tetap hidup dan lebih tumbuh di negeri ini. Tugas berikutnya adalah bagaimana pertumbuhan ini bisa menyebar lebih banyak dan lebih baik ke kota-kota lain di Indonesia.

Kebencian dan nyinyir atas industri otomotif sebagai biang kemacetan nampaknya sudah tidak relevan lagi. Tugas berat pemerintah saat ini adalah bagaimana mengelola pertumbuhan industri otomotif ini dan mampu menyebarluaskan ke banyak penjuru negeri. Indonesia masih banyak membutuhkan mobil pribadi dan banyak jenis otomotif lainnya, seperti angkutan niaga, truk, bus, mobil pertanian, pemadam kebakaran, dan seterusnya. Semua bisa terwujud jika industri desain otomotif pun kian maju. Semoga saja dengan kemajuan industri otomotif yang makin menyebar ke banyak kota di Indonesia, akan makin banyak membuka peluang tumbuhnya industri-industri lain di daerah. Semoga…

«
»

3 comments on “Industri Otomotif Indonesia, Antara Benci dan Mimpi?”

  1. Setuju. Peningkatan penjualan kendaraan sebaiknya diimbangi dengan kehadiran transportasi massal & solusi kendaraan ramah lingkungan. Maju trs dunia otomotif Indonesia.

    1. motulz says:

      Setuju! 🙂 Termasuk penyebaran kendaraan pribadi harga terjangkau bisa lebih tersebar ke pelosok negeri ya mas

  2. namun jalan lama-lama juga ga muat om, seiring terus keluarnya produk2 baru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: